Thursday, July 26, 2007

Trip To Bali : The Temple, The Lake, and The Shoppings

Sabtu, 7 Juli 2007
Di tanggal cantik yang jadi incaran para pasangan yang hendak menikah ini (07/07/07), Windu sekeluarga dan umat Hindu lainnya melakukan sembahyang untuk Perayaan Kuningan. Sembahyang pertama dilakukan di pura keluarga yang ada di halaman rumah. Di Hari Raya Kuningan ini, hidangan makanannya adalah nasi kuning dengan lauk pauknya.

Di rumah Windu jg bisa liat berbagai binatang peliharaannya. Mulai dari anjing, burung-burung, angsa, landak, sampe kelelawar. Emang kebun binatang deh itu, hehe :D

Sehabis upacara, kita berangkat ke sebuah pura. Sebelum masuk ke pura, kita harus berpakaian sopan. Jadi kami yang pake celana2 pendek dan jeans dipakaikan sarung Bali (yang dibawa dari rumah). Kalau ga bawa sarung, ada sarung yang disewakan untuk turis. Pedagang2 di sini cukup gigih juga, jadi turis juga perlu cukup gigih mengelak dan menghindar kalau emang ga mau beli. ST dan Hendro sekeluarga mungkin pantas dikira turis asing dan diajak ngobrol dalam bahasa Inggris, Mandarin, atau Korea, hehehe. Tapi ntah kenapa aku juga tetap disapa, "Where are you from, Sir?" Whaat?? Kayaknya tampangku Indonesia pisan deh.. Ato mereka mengira dari daerah Afrika ato Asia terpencil sana? Grrr..
Di dalam area pura, ada sebuah wihara. Ternyata memang dari dulu Budhisme dan Hinduisme berkembang bersama di Bali. Jadi selagi Windu dan keluarganya sembahyang di pura, Hendro dan keluarganya sembahyang di Wihara itu; dan aku sama ST foto-foto (teteeeup!! :D)

Dari situ kita berangkat ke Kintamani. Dari dataran tinggi itu kita bisa melihat Gunung Batur yang masih aktif dengan sisa-sisa lahar berupa tanah kehitaman di kaki gunungnya. Di sebelahnya ada Danau Batur. Tempat kami berdiri di Kintamani itu sebenarnya adalah punggung gunung Batur Tua. Setelah gunung tua meletus, terbentuklah Danau Batur dan sebuah anak gunung, yang jadi Gunung Batur baru. Kalau kita menyeberangi Danau Batur, kita bisa mengunjungi Trunyan, tempat jenazah-jenazah tidak dikuburkan tapi diletakkan saja dan bisa awet tanpa pengawet buatan manusia. Tapi kami ga ke Trunyan, karena ga cukup waktu. Kalau ke Kintamani ini, bersiaplah diserbu para pedagang. Dari yang nawarin kaos, gelang, kalung, kartu pos, lukisan, ukiran, dan lain-lain. Kalau emang mau beli, lakukanlah tawar-menawar yang agak kejam. Harga barang dagangan itu bisa turun sampai seperlimanya :D Kaos yang harganya pertama Rp.35.000,- sebuah bisa menjadi Rp.50.000 dapat 6. Bahkan ada seorang ibu yang diam-diam berbisik, mau ngasih Rp.50.000,- untuk 8 kaos :D Tapi harus hati-hati aja, supaya jumlah barang yang dikasih betul2 sesuai dengan yang dijanjikan. Cek dulu kualitas barang yang kita beli dan cek lagi jumlah barangnya seblom mereka bungkuskan.

Dari Kintamani, kita mengunjungi Pura Besakih, pura terbesar di Bali. Di area pura ini ada pura-pura lebih kecil milik keluarga-keluarga raja/ksatria jaman dulu. Puranya emang besar dan megah banget. Kami mendaki tangga yang lumayan banyak untuk mengunjungi Pura keluarga Kesiman (keluarganya Windu). Nama yang tertera adalah Pedharman Arya Kenceng. Pedharman itu tempat sembahyangnya dan Arya Kenceng itu nama leluhurnya Windu. Di tempat ini, Windu sekeluarga sembahyang lagi. Sehabis itu, kami berpindah ke area pura utama. Di situ, Windu sekeluarga sembahyang lagi.

Dari Pura Besakih, kita menuju Pasar Sukowati. Pasar ini rame banget. Di sini banyak benda2 seni maupun pakaian2 yang bisa dijadikan oleh-oleh. Tentunya di tempat ini tawar-menawar mesti lebih kenceng :D Contohnya celana pendek yg harga awalnya Rp.45.000,- akhirnya bisa dibeli dengan harga Rp.15.000,-. Di sini aku jg beli 2 udeng lagi yang mirip dengan 2 udengku yang pertama. Hanya aja yang baru kubeli warnanya ungu dan merah terang. Udeng jenis itu biasanya ditawarin Rp.15.000,- sampe Rp.20.000,-. Tapi aku udah pernah bisa menawarnya Rp.10.000,- di tempat lain. Sambil liat2 barang lain, aku ngeliat ada seorang pembeli yang nampaknya udah borong banyak, lagi nawar2 udeng yang tadi kuincar. Segala pujian dah dikeluarkan penjual sama mbak itu. "Duhh, cantiknya.. Lihat cantik sekali dengan make kain ini." Aku dan Windu ketawa2 aja dengarnya. Akhirnya mbak itu berhasil menawar udeng itu seharga Rp.12.500,- 2 buah. Mungkin karena dia dah borong banyak kali ya. Dengan ga menyia-nyiakan kesempatan, aku ikutan bilang ke penjual itu klo aku juga mau udeng itu 2 buah seharga Rp.12.500,- (setelah si mbak itu pergi) :p Heahahaha, sukses besar! Di pasar ini juga ada yang nawarin bikin tato temporer.. Bisa dapat Rp.5000,-. Jauh banget harganya dibandingkan waktu di Kuta. Tapi ya bedalah ya.. Di Kuta gitu lhoo.. Harga2 lebih mahal.

Abis dari Sukowati, kita ngantar Buluk kembali ke Hotel Bakung Sari sementara aku dan ST ikut Windu kembali ke Singaraja.

PS: Foto-fotonya nyusul yeah..

2 comments:

ime' said...

weeewww... asiknyaaaa jalan-jalan ke Bali *waktu gue ke Bali kayaknya gue nggak sejauh itu deh jalannya... dirimu beruntung sekali :(*

Credo said...

Ehehe.. Perjalanannya bisa sejauh itu juga karena ada si Windu temanku itu.. Klo ga karena diantarin dia, mungkin aku cm main di tempat2 yg dekat aja, hehe