Minggu pagi, Bli Kadek udah memanggilkan 2 andong yang ditarik kuda (kali aja ada yang mengira ditarik kerbau, hehe). Aku, ST, Windu, Mbok Wi, dan Lowlyetha (anjingnya.. Gaya banget ya namanya, hehe) diajak jalan-jalan naik andong keliling kota Singaraja sampai ke Pantai Lovina. Mestinya di Lovina ini bisa pergi naik kapal ngeliat lumba-lumba. Tapi karena ga sempat, ga jadi. Dari Lovina kita pulang ke rumah dan lanjut lagi pergi ke Pemandian Air Panas Banjar (Holy Hot Spring). Air panasnya sih enak. Aroma belerangnya juga ga terlalu menyengat. Hanya aja kain putih yang dipake berendam di situ bisa jadi kekuning-kuningan. Di perjalanan pulang ke rumah Windu, mampir sebentar di sebuah rumah makan untuk nyicipin Sio Bak. Hmm, masakan babi yang ini ga gitu cocok dengan seleraku, manis sih.
Dari rumah Windu pamitan sama Bapaknya Windu, karena kami mau balik ke Kuta dan ST mau pulang ke Jakarta malamnya.
Sebelum sampai Denpasar, kami mampir dulu ke Bedugul. Di situ ada Pura Ulun Danu dan Danau Beratan. Danau dan Pura ini dijadikan gambar di uang pecahan Rp.50.000,- kita. Kami berperahu sebentar di danau itu. Tarif perahunya (dengan orang yg mendayungkan tentu saja) Rp.45.000,- selama 1/2 jam untuk 5 orang. Ada pilihan juga untuk naik speedboat. Tapi ga asyik ahh.. Lebih enak berperahu dengan santai di situ. Bisa parasailing juga disitu, tapi di sisi lain danau dari tempat yang kami kunjungi. Sempat beli souvenir2 lagi untuk oleh2, lumayan bisa nawar murah juga di sini.
Sesudah ngantarin Mbok Wi ke penginapan trainingnya, ST ke bandara dan ngantarin aku ke Hotel Bakung Sari, Windu dan Ibunya pulang ke Singaraja. Thanks banget ya Ndut! :D Hendro dan keluarganya lagi pergi keluar. Jadi setelah naro barang di kamar, aku pergi cari makan malam dan jalan-jalan. Ehh, nemu satu tempat gede yang jual kalung, gelang, tas, sandal, dan souvenir lainnya. Dan karena di tempat yang agak sepi dan jauh dari keramaian, harganya muraaah banget. Dan udah harga pas ga bisa ditawar lagi, bahkan kalau beli banyak sekalipun. Kata si Bapak penjual, orang lain emang sering beli dari dia untuk dijual lagi. Dia emang ga jual mahal karena emang bukan di tempat keramaian. Malahan dia bilang orang dari provinsi lain sering pesan ke dia untuk dijual lagi. Hmm, aku pun meminta kartu namanya, kali aja mau buka counter penjualan souvenir Bali di Bandung, huehehehee..
Abis itu pergi jalan-jalan ke Kuta lagi sendirian. Jalan kaki aja dari hotel. Lumayan jauh sih, 15 menit jalan kaki lah, tapi bisa sambil liat2 barang dagangan. Emang dasar lagi jalan sendirian, di sepanjang jalan itu beberapa kali aku ditawarin "massage". Biasanya dengan diawali,
Dia: "Ojek Mas..?"
Aku: "Ngga Mas"
Dia: "Kalau pijat aja mau..?" (lahh.. dia profesi ganda ya?)
Dia: "Cantik-cantik lho. Bisa dipilih" *pasang muka mesum* (lohhh.. makin menjurus)
Aku: "Ngga Mas"
Dia: "Atau mau yang ganteng?"
Aku: "Hahh?" *Kabur*
Malam-malam di Kuta tetap aja rame. Sayang banget ga sempat liat sunset di Kuta. Ahh, tak papalah. Ntar aja kapan-kapan (kapan lagi emangnya, yeey..).
Pulang ke hotel, si Buluk dah dalam posisi tidur. Trus dia bilang kalo tadinya dia naik taxi dari hotel ke Kuta seharga Rp.50.000,-. Yah, emang klo sendirian bisa enak jalan kaki exploring the area. Dia kan bareng kakak, adek, dan tante, jadinya mesti memperhatikan tingkat kenyamanan tertentu bagi wanita. Katanya juga, tarif internet di daerah situ Rp.15.000,- per jam. Malahan ada yang tarifnya Rp.300,- per menit alias Rp.18.000,- per jam. Males deeeh..
Oh iya, Hendro nerima sms yang bilang flight AirAsianya yang jam 1 siang besoknya di delay sampe jam 17.45. Gubraak deeh. Lama banget delaynya.
No comments:
Post a Comment