Tuesday, June 19, 2007

Rush trip to Medan (Depkominfo Scholarship)

=Cerita ditulis tanggal 17 April 2007=

Jadi gini awal mula ceritanya. Kan aku ikutan seleksi Beasiswa Depkominfo 2007/2008. Minggu lalu dah keluar pengumuman di websitenya, kalo aku masuk jadi salah satu kandidat untuk seleksi tahap wawancara. Happy, I am :D Diberitahukan juga klo informasi selanjutnya akan disampaikan melalui email masing2 kandidat.

Sampai akhirnya di hari Selasa sore, tgl 10 April 07, aku ditelepon.
"Selamat sore. Dengan Bapak Andy Credo? Saya dari Depkominfo"
"Selamat sore. Iya,saya Andy Credo."
(dalam hati) ohh, mungkin mau ngasi tau jadwal wawancara

"Kenapa tidak datang wawancara siang ini?"
"HAHH??" (kaget setengah mati) "Saya tidak tahu wawancaranya hari ini. Pemberitahuannya lewat email kan ya, saya cek mail tiap hari dan rasanya saya tidak terima email apapun tentang wawancara."
"Ohh begitu. Coba cek di bulk mail soalnya beberapa kandidat tadi juga bilang mereka menerima emailnya di bulk mail."

Aku cek spam folder di Gmail ku dan menemukan beberapa email dari Depkominfo tentang wawancara. Hwaaa.. Kenapa juga sampe masuk spam folder ya..

Ya sudahlah. Dari hasil telepon ke Depkominfo, aku dikasi tau masih ada jadwal wawancara di Medan dan Makassar. Higs, tak ada jalan lain, aku mesti nyusul wawancara ke Medan aja (ga mungkin ke Makassar, ga ada kenalan). Jadwal test Medan adalah hari Kamis 12 April. Tapi tempatnya belom dipastikan. Rabu mesti tanya lagi.

That day and the next day were the most rush day for me I guess. Bolak-balik nelpon ke Depkominfo tanya ini itu, soalnya masih ada beberapa persyaratan yang perlu dibawa.

Trus nelpon ke Bapak dan Mama untuk nge-fax bukti pembayaran rekening listrik, air, PBB, telepon, dan slip gaji mereka.

Nyari tiket pesawat terbang ke Medan. Sambil berbingung-bingung mutusin mau berangkat jam berapa ke Medan dan pulang jam berapa dari Medan. Soalnya aku pengennya masih sempat ngejar pertemuan pertama Conducting Class-nya Mas Indra di hari Kamis malam.

Masih bisa pesan tiket AirAsia Kamis malam dr Medan ke JKT dibantu Aju Kecil (tanteku, based on silsilah leluhur), tapi yg Rabu malam dr JKT ke Medan ga bisa dipesan online lagi karena kurang dari 48 jam sblom berangkat, harus ke counternya AirAsia. Itu udah hampir tengah malam. Jadinya diputuskan pulang ke Bandung jam 20.30 dr Medan. Ga jadi deh ikut Conducting class.

Rabu pagi, Bapak dan Mamaku tercintah mengirimkan fax-nya ke kantor. Lengkap dengan persoalan hasil fax yang ga gitu jelas. Setelah diulang beberapa kali, aku putuskan, ya cukuplah sudah. Walo ga jelas-jelas amat.

Menelpon sejumlah travel agent untuk tiket ke Medan, dengan sblomnya bertanya dulu ke beberapa teman yg berasal dari Medan. Ada yang tiketnya mahal banget, ada yang bilang kalo akan terlalu lama beli tiket dari mereka padahal waktunya mepet.

Nelpon XTrans untuk mesan seat dari Bandung ke Jakarta di hari Rabu siang. Tnyata lagi ga ada rute yang langsung ke Bandara Cengkareng, mesti transit di Pool XTrans Blora dulu. Ya udah, aku pesan seat untuk jam 14.00

Cari info penginapan yang murah di Medan via Mbah Google. Soalnya klo sampe Medan tengah malam, sayang juga klo tidurnya di hotel yang mahal. Toh, pagi2 banget dah mesti cabut ke tempat test. Sempat merepotkan Poppy yang sampai tanya2 tentang hotel2 murah itu ke Mamanya di Medan sana. Untungnya mamanya lagi ada arisan, jadi info hotel bisa didapat dari para ibu2 yang berkumpul. Mantap! :D Di sepanjang jalan Sisingamangaraja Medan itu banyak hotel-hotel, dari yang mahal sampe yang murah juga ada :D

Siang hari, aku baru berhasil dapat info dari Depkominfo klo tempat wawancara di Medan itu ada di:

Gedung Balai Penelitian dan Pengkajian Informasi
(BPPI) Medan
Jalan Tombak No. 31
Tembung - Medan

Jam 1 siang, aku ke bandara Husein Sastranegara untuk mesan tiket ke counter AirAsia. Udah minta cuti 1/2 hari dari kantor. Sampe di sana, si mbaknya bilang sih, dia bisa ngasi tiket yg jam 6 sore, tapi takutnya aku ga sempat ngejar waktu ke JKTnya. Itu dah jam 13.30. Minimal dah check in jam 17.15. Setelah nelpon ke Customer Service AirAsia JKT, jadinya aku putusin ga usah ambil tiketnya dan beli di tempat aja.

Segera pulang ke rumah, sampe rumah jam 13.45. Untung dah siapin dokumen2 yg perlu dibawa, tinggal masukin pakaian resmi dan cabut. 13.50 berangkat ke XTrans Cihampelas. Untung dekat, sampe dalam 7 menit, dan segera berangkat ke JKT.

Sampe di JKT, si supir XTrans menyarankan aku ga usah sampe ke Blora kalo mau ke Bandara karena bakal lama banget. Langsung aja ambil taxi di luar tol Cawang (eh, bener ga ya? Tomang-kah? Lupa nama tol-nya). Dari situ naik taxi ke Bandara plus biaya tol kena sekitar Rp.70.000,-

Sampe bandara, ke counter AirAsia, dan seorang mbak jutek penjual tiket bilang kalo ga ada tiket lagi untuk jam 18.00. Laah, aku coba telpon lagi customer service-nya, katanya masih ada tiket. Kudatangi lagi AirAsia-nya, sekarang ke bagian Customer Service. Trus dia bilang ada penerbangan malam yang dibatalkan, jadinya penumpangnya mau dioper ke jam 18.00. Kalau mau tunggu info lagi jam 17.30. Halaah, makin tak jelas nasibku kalo nunggu lagi.

Bingung mo milih pesawat yang mana sebagai gantinya. Akhirnya diputuskan naik Sriwijaya Air lewat calo, hiks. Ternyata itu pesawatnya di-delay (calo sialan. Ga lagi-lagi deh. Mestinya aku cari info langsung dulu dari Sriwijaya Air-nya). Tapi ya namanya orang kepepet, dari pada ga dapat flight malam itu, apapun dijalani, hehe. Tak papa.

Di Waiting Room Sriwijaya, aku nelponin beberapa hotel Medan yang dah kusurvey lewat internet, sebagian besar penuh. Sebagian lagi, harganya udah berubah jadi lebih mahal. Duhh.. Akhirnya tetap pesan tempat di salah satu hotel (daripada ga dapat tempat)

Berangkat ke Medan! Sampe Medan lewat jam 8 malam. Bingung cari taksi karena ga pada pake argo (padahal kata Poppy ada). Di dekat pintu keluar, ditawarin Rp.35.000,- sampe Sisingamangaraja. Pake taktik sok ga butuh, aku jalan menjauh dari situ. Benar aja, makin jauh, harga makin murah :p Rp.25.000,- sampe Rp.20.000,-. Aku sms Poppy, tanya klo ga pake Argo, sbaiknya minta harga brapa. Blom dibalas. Tapi di ujung bandara itu, ada Bapak-bapak Batak yang setelah tawar-menawar mau Rp.15.000,- ke Sisingamangaraja. Ya udahlah, aku terima aja. Di dalam mobil baru sampe sms balasan dari Poppy yg bilang harganya jangan lebih dari Rp.10.000,- Hehehe, telat deh Pop. Tapi si Bapak sopir ini cukup membantu juga. Katanya dari pada ke hotel yang dah kupesan itu, lebih baik ke hotel lain yang lebih murah yang sering dipakai para pengunjung Medan juga.

Dia membawaku ke Zakia Hotel di daerah Masjid Raya, dekat Sisingamangaraja juga. Waah, murah. Rp.55.000,- untuk kamarnya yang kayak kamar kost (tapi tempat tidurnya gede) dengan kipas angin dan kamar mandi dalam. Plus ada suara yang nyanyi "I Want To Spend My Lifetime Loving You" a la Zorro dari kamar sebelah. Mungkin anak pemilik. Suaranya bagus by the way :D (aiyaah, sempat2nya, hehe). Malam itu jalan-jalan keluar sebentar untuk liat lingkungan sambil cari makan. Trus mempelajari berkas-berkas ku sebentar termasuk jawaban2ku di form aplikasi beasiswa sama mengontak Bapak dan Mama ngasi info terakhir plus minta tolong dibangunin pagi2, hehehe.

Bangun pagi dan siap2 dengan cepat. Udah prepare juga dengan roti untuk sarapan pagi (iya dong, daripada nanti kelaparan). Trus nyari taksi di Sisingamangaraja. Kata Poppy sih sebaiknya berangkat pagi-pagi, supaya jalanan masih ga macet karena Tembung itu jauh (demikian juga kata Mama-nya Poppy dan Ira).

Naik taksi minta dibawa ke Tembung. Kata sopirnya dia ga tau jalan Tombak, tapi tau Tembung dimana. Ya sudah, lagian pake argo. Lama di jalan... Loh.. loh.. Emang sih kata Poppy dan Ira, Tembung itu daerah pinggiran jauh dari Medan. Tapi ini kok ngampung (ndeso) sekali. Apa mungkin tempat wawancara beasiswa untuk ke luar negri itu diadakan di perkampungan? Tampak tidak. Tanya-tanya ke orang sekitar, mereka juga ga pernah dengar BPPI maupun jalan Tombak. Mereka bilang, semua tempat ditandai dengan keberadaannya ada di dekat pasar ke berapa (ada banyak pasar di situ). Lah, mana ku tau ada di dekat pasar berapa. Sempat pusing bersama si abang supir, dia berkali-kali tanya ke pool taksinya, tapi belom ada info tentang Jalan Tombak di Tembung. Aku telpon Johnson (teman IF'00 yang anak Medan). Dia pun tak tau, bahkan dia sampe tanya ke keluarganya yang di Medan. Akhirnya kata bang supir, orang di pool bilang ada Jalan Tombak di Medan, di daerah Pancing, tepatnya di Medan-Tembung, bukan di Tembung. Gubraak!! Dalam hati, pasti deh disitu. Tampaknya informasi dari Panitia seleksinya kurang tepat. Yah, apa mau dikata. Aku dan taksiku melaju ke situ. Jadwal wawancara yang diberitahu lewat telepon adalah jam 8.30. Saat itu udah hampir jam 8, padahal aku berangkat dari hotel jam 6 lewat. Si supir cerita klo Tembung itu udah bukan wilayah Medan, udah masuk daerah Deli Serdang.

Dengan berpegang pada prinsip "malu bertanya sesat di jalan", kami tanya dimana jalan tombak itu ke seorang tukang becak di daerah Pancing. Nah, itu Jalan Tombak ketemu.. Tapi kok kecil amat ya jalannya. Kayak gang doang. Mungkin ujung satu laginya adalah jalan besar. Melajulah taksiku.. untuk sementara. Karena tiba-tiba bannya bocor. Oh nooo..!

Aku bayar tagihan taksiku Rp.70.000,- (ya iyalah.. Dah sampe tersesat ke perkampungan segala) dan memutuskan untuk menggunakan kakiku. Aku masuki si Jalan Tombak yang kecil itu dengan ragu-ragu. Coba telpon ke Depkominfo Jakarta tapi ga ada yang angkat. Btw, untung XL lagi promo tarif Rp.25,-/detik untuk telpon ke mana saja. Jadinya aku tak perlu ragu-ragu untuk menelpon.

Jalan.. jalan.. Jam 8 lewat. Jalan terus.. jalan.. Tanya beberapa orang. Ga ada yang tau BPPI Medan. Jalan lagi.. jalan.. Jam 8 lewat lebih banyak.. Tak ada tanda-tanda perkantoran.. makin panik dan ujug-ujug sampe di ujung jalan. Walaah, dimana tempat wawancara ituu.. Celingak-celinguk bentar, bertanya ke anak SMP dimana warnet terdekat, untung ada warnet cuma sekitar 100 m dari situ. Nelpon Inang Tua-ku yang di Medan untuk tanya alamat itu. Kata Inang Tua-ku, dia ga tau dimana BPPI itu tapi rasanya ada temannya yg pernah bilang. Jadi dia cari tau dulu, sambil jalan ke kantornya yang bakal lewat tempat ku berada saat itu.

Di warnet kubuka lagi Gmail ku, dan melihat jadwal wawancara ternyata jam 09.00 pagi. Huff, syukurlah. Aku search BPPI Medan dengan alamat jalan tombak. Ada berbagai macam BPPI dengan kepanjangan nama masing-masing. Untung terlihat BPPI yang ada tulisan Depkominfo-nya. Ada nomor telepon, dan ku telepon lah kantor itu. Kuceritain keadaanku. Katanya, bener itu kantor yang akan mengadakan wawancara beasiswa Depkominfo, dan dia tanya aku ada dimana. Kubilang di warnet jalan Tuasan dekat Jln. Tombak. Dia bilang, "Ada liat mesjid ga dekat situ?", kujawab ada. "Ada lapangan di sebelahnya?" kujawab ada. "Kantor kita ada dibaliknya"

Great! Berarti bener si jalan kecil itu tempat kantornya dan aku dah dekat. Tapi tadi kok aku ga nemu ya. Inang Tua-ku nelpon dan bilang dia dah nemu kantor BPPI itu dan dia sudah di sana. Jadi kami janjian ketemu di depan mesjid jalan Tuasan, abis tu aku di antar ke kantor BPPI Medan yang ada di balik mesjid itu. Inang Tua-ku lanjut ke tempat kerja. Padahal awal rencananya, abis wawancara baru aku mau berkunjung ke rumahnya di sisi lain kota. Malah ketemu duluan sebelum wawancara, hehehe.

Ternyata gedung BPPI itu memang ga besar-besar banget. Miriplah dengan gedung Puskesmas tempat Mama-ku kerja di Pekanbaru :D Ternyata udah rame di dalam. Di buku tamu tercatat udah ada 21 orang kandidat lain yang nunggu diwawancara. Yaah, masih lama dong giliranku. Tapi tak papa.

Nunggu pewawancara yang belum datang sebentar. Akhirnya mereka datang dan ngobrol2 sebentar, nanya kandidatnya datang dari mana aja.
"Medan!"
"Aceh!"
"Padang!"
"Medan!"
"Batam!"
"Pekanbaru!"
"Bandung!"

"Lohh? Kenapa kamu wawancaranya di sini?", kata Bapak itu heran(Pak Loso klo ga salah). Pertanyaan yang wajar, tapi panjang jawabannya :p

Ternyata urutan wawancara-nya sesuai urutan abjad nama. Yayy, jadinya aku yang pertama deh :D Wawancara dengan dua orang Bapak dari Depkominfo Jakarta. Dan selesailah sudah wawancara itu.

Haaaa..ahhh...
Aku lega, at least aku sudah menjalankan bagianku. Menjalani wawancara. Daripada mundur sama sekali, apalagi cuma karena info jadwal wawancara ga sampe ke aku dengan normal. Yaah, walopun ga bisa dibilang menyenangkan juga semua ke-riweuh-an ini. Memacu adrenalin dan menguras otakku.

Sebelum pulang ke Bandung, aku mampir ke tempat Inang Tua-ku. Dijemput sama sepupuku, tapi sblom itu kami mampir dulu ke Fountain (tempat makan es krim yang selalu dibangga-banggakan sama teman2 Medanku di Bandung). Ternyata emang keren dan enak makan es krim di Fountain itu, hehee..

Untuk perjalanan pulang ke Bandungnya, satu dua hal terjadi. Pesawat AirAsia-ku di undur keberangkatannya sampe beberapa kali. Katanya karena ada pemeriksaan mesin pesawat. Ah ya, terserahlah. Asalkan selamat sampai Jakarta. Aku dah ga terlalu mikirin. Kecapekan sih, hehehe.

Tapi dari Bandara Cengkareng ke Bandung, aku naik Papandayan Travel. Ada orang di bandara yg nawarin ke aku dan satu orang lagi, katanya Rp.135.000,- dan langsung brangkat. Lagi2 karena kecapekan, aku terima aja. Ehh, di daerah tol Cawang, ada masalah sama pemilik travel itu. Dia nyuruh supirnya balik ke Bandara, karena baru 2 orang isi mobilnya. Aku dan penumpang satu lagi ga terima dan protes habis2an (ahaha, di saat capek, untung juga klo barengan orang yg sama2 bisa membela nasib dan hak2 kami yang diinjak2 *aiiyaah.. berlebihan*)

Kasian supirnya dimarahin si pemilik. Tapi itu menurutku salah si calo yg di bandara, dan termasuk salah si supir yang mau aja jalan di suruh calo. Kan mestinya tunggu instruksi bossnya. Tapi si boss itu jg ga pantas dihormati, masa memperlakukan pengguna jasa dengan tidak hormat. Pake nyuruh supirnya nurunin kami di jalan pula. Kurang ajar banget ga tu.

Intinya, perjalanan pulang ke Bandung, sama aja susahnya dengan perjalanan pergi ke Medan, hufff..

=current situation=
I already got the scholarship. Thank God! ^_^ Still applying for the university in Netherlands though.

6 comments:

LadyRinn said...

Hmm.. I can imagine the havoc as I had almost the similar experience. Thank God you won the scholarship. Kalau tidak, pasti frust!

Anonymous said...

wah, credo.. selamat yaa!
semoga univ.nya juga dapet yang diinginkan! amien..
-fajar-

Bie said...

sejujurnya, gue cuman baca paragraf terakhir.

CONGRATULATIONS!! Jadi kita makan2 apa?

(loh kok bahasa di tempat ngisi komen ini bahasa Indonesia sih???)

Ismail Habib said...

*_*

super duper........

*_*

*lost of word...*

Credo said...

@Rinn: Hehehe, yes, really thank God for that.

@Fajar: Makasih ya Mbak Faj!

@Bie: Piye tho.. kok cm baca yg terakhir dah capek2 nulis jg [-(
Hehehe, makasih!

untuk pertanyaannya, tampaknya udah dijawab sendiri di blogmu ya?

@Habsq: You gotta guide me in Netherlands, yeah!

Anonymous said...

waahh... seru..seru..
bisa dibikin novel nih..hehe